Judul
Buku : Sekotak Cinta untuk Sakina
Penulis : Irma Irawati
Penerbit : Qibla
Tebal : 126 hlm
Tahun
Terbit : Juli 2013
Sakina
manyun. Papa Sakina pindah kerja ke Jakarta. Mama mendaftarkan Sakina ke
pesantren, agar sekolahnya tidak keteteran. Apa sih menariknya pesantren? Sepi,
tidak ada tv, fasilitasnya tidak keren, tidak ada kegiatan semenarik les piano
atau les bahasa asing. Kalau dia sakit, Mama tidak ada untuk merawatnya.
Sakinah tidak mau berlama-lama di pesantren. Satu semester saja cukup sudah. Tapi
rasa kesal Sakina sedikit demi sedikit hilang. Ternyata ada banyak hal di pesantren yang
menawan hatinya. Dia diijinkan memelihara seekor ayam yang membuatnya
rajin bangun pagi. Yang paling penting, hafalan Quran Sakinah pun bertambah banyak dibanding hafalan sendiri. Sampai suatu hari, Sakina
bertemu dengan gadis cilik yang mengubah segalanya.
Untuk
sebuah novel realistik, novel ini memberikan sebuah kebaruan cerita pada
anak-anak. Yaitu gambaran menarik tentang pondok pesantren untuk anak putri. Dibandingkan
sekolah plus, pesantren bisa dibilang tidak memiliki fasilitas lengkap.
Namun dalam kesederhanaannya,pesantren memupuk satu pelajaran yang tidak ada di
sekolah lainnya, yaitu kemandirian.
Novel
ini mengingatkan pada novel berseri Enid Blyton, Gadis Paling Badung di Sekolah. Tema universalnya sama. Seorang
bocah yang selalu dikelilingi fasilitas lengkap tiba-tiba harus sekolah di tempat
yang tidak dia sukai. Bedanya, pada Si
Badung, konflik timbul dan terselesaikan karena benturan antar karakter-karakter yang berbeda. Pada novel Sakina, konflik
terjadi karena situasi yang akhirnya mengubah cara pandang tokoh utama.
Contoh
singkatnya seperti ini. Pada kisah si
Badung, Elizabeth berteman dengan Jane yang rapuh. Si badung dengan keras
kepala melanggar peraturan demi sahabatnya. Konflik yang terjadi antara
Elizabeth, Jane dan pihak sekolah akhirnya mengerucut pada satu jalan keluar. Sedangkan
pada novel Sakina, Sakina bertemu
dengan Lana. Dengan kepekaan dan empatinya, Sakina terbawa pada situasi tercerahkan
oleh sosok yatim piatu yang bersemangat tinggi. Meskipun tema yang diusung
mirip, beda penulis beda pula pengemasan novel dan konfliknya. Masing-masing
novel memiliki sisi menarik berdasarkan budaya dan pengalaman penulisnya.
Dengan
gaya bertutur sederhana, novel Sekotak Cinta
untuk Sakinah ini cocok sebagai hadiah buat putra-putri tercinta. Diharapkan bisa menambah pengetahuan anak-anak tentang dunia pesantren. Dan menjadi cermin agar anak tidak gampang termanjakan oleh fasilitas yang serba lengkap dan instan. Selain itu, novel ini menumbuhkan rasa cinta Quran
dan mendorong anak-anak menjadi hafidz/hafidzah sejak dini. (*)
No comments:
Post a Comment