Monday 11 August 2014

SEJARAH DALAM KISAH FANTASI




Judul              : Anak Rembulan: Negeri Misteri di Balik Pohon Kenari
Penulis             : Djokolelono
Penyunting      : Ary Nilandari
Penerbit           : Mizan
Cetakan           : I, Agustus 2011


Legenda, mitos, cerita rakyat adalah kekayaan sastra suatu bangsa. Peristiwa masa lampau, kejadian penting di sebuah tempat, tercatat di dalamnya. meskipun terbalut dengan dongeng, nilai moral dan sejarah terkandung pula di dalamnya. Di masa tiada listrik dan elektronik, (baca: kuno) legenda menjadi hiburan yang dituturkan secara lisan dari orangtua ke anak, cucu hingga canggah turuan ke riban tahun. Di era elektronik berjaya, gadget berlimpah, dengan akses hiburan mudah, akankah mitos, legenda dan cerita rakyat masih memiliki tempat selain di perpustakaan? Atau melekat dalam ingatan masyarakat tapi hanya sepotong-sepotong? Harapan kita sebagai warga negara yang baik tentunya membuat legenda, mitos dan cerita rakyat tetap hidup dan dikenang sepanjang jaman.


Eyang Djokolelono, penulis yang telah berkecimpung di dunia buku sejak tahun 1970an, sungguhlah memiliki kesetiaan sejati dengan hal itu. Legenda, mitos dan cerita rakyat seakan sudah jadi bagian dari sejarah hidupnya. Dia tidak puas hanya menuturkan legenda dan mitos dalam sebuah kisah yang ditulis ulang. Ia mencoba menggabungkan legenda, mitos, cerita rakyat dan sejarah dalam sebuah novel fantasi yang menarik.

Anak Rembulan: Negeri Misteri di Balik Pohon Kenari adalah bukti kreatifitas penulisnya. Buku ini tidak hanya menyajikan cerita petualangan Nono. Namun juga menyisipkan sejarah kota Malang-Blitar masa pendudukan Belanda, mengenalkan mitos penjaga Gunung Kelud, membubuhkan legenda Sri Ratu, menyuguhkan karakter pandawa dalam sebuah novel fantasi anak setebal 347 halaman. Unik, khas, dan cerdas. Setelah baca novel ini dijamin pembaca pasti lari ke mbah google untuk mencari keberadaan legenda seputar Kediri-Blitar dan kecocokannya dengan sejarah masuknya Belanda ke Jawa Timur.

Novel ini dimulai dengan liburan Nono di Wlingi. Karena suatu kejadian, Nono masuk ke jaman yang sangat misterius. Jaman aneh yang membuatnya hampir di penggal orang-orang Belanda. Jaman dia dipaksa kerja rodi di warung Mbok Rimbi dan bertemu lima pencuri ulung yang baik hati: Kangka, Jagal, Jlamprong, Pinten,dan Tangsen. Jaman itu orang-orang masih berpakaian kemben dan berlutut di hadapan penguasa kerajaan Kediri, Sri Ratu yang masih berusia sebaya Nono, namun memiliki kesaktian dan kharisma pimpinan bijaksana. Dan di jaman itu pula Nono diminta Sri Ratu menyelamatkan nasib kerajaannya.

Legenda Sri Ratu penguasa Kediri dikenal cukup luas di masyarakat Kediri-Blitar dan sekitarnya. Ratu belia nan cantik itu rupanya diperebutkan oleh Lembusora dan Mahesasora, tangan kanan Sri Ratu sendiri. Sri Ratu tahu jika menolak salah satu, maka akan timbul kekacauan dalam kerajaannya. Kedua panglima itu sama-sama memiliki kesaktian tiada tara. Akhirnya, Sri Ratu membuat persyaratan: Lembusora dan Mahesasora harus menggali sumur dalam agar kerajaan Kediri takkan pernah kekeringan. Setelah Lembusora dan Mahesaruro berada di dalam tanah, Sri Ratu memerintahkan menimbun keduanya dalam tanah agar kesaktian mereka hilang. Meski terkubur dalam tanah Mahesasura dan Lembusora tidak mati. Mereka tetap hidup dan saling serang dalam tanah. Sampai sekarang, masyarakat masih mempercayai kisah mereka. guncangan dan ledakan dari dalam tanah yang dirasakan penduduk sekitar dipercaya sebagai lahirnya Gunung Kelud.

Sungguh saya terkagum-kagum dengan berkelindannya sejarah, legenda, mitos dalam sebuah novel fantasi. Ini tidak saja menarik tapi juga memberikan sajian bergizi. Pembaca yang punya keingintahuan besar otomatis akan mendapat banyak kata kunci sejarah untuk ditelusuri melalui internet. Bagi para pelajar, pastinya mereka akan senang membaca sejarah tanpa merasa berpusing-pusing menghafalkan buku pelajaran.

Tidak hanya isinya yang khas. Tokoh-tokohnya pun bersinggungan pada sejarah. Kangka, Jagal, Tangsen, dan Pinten adalah tokoh-tokoh pewayangan. Siapa lagi kalau bukan kelima saudara Pandawa. Eyang Djokolelono sungguh cerdik mengenalkan karakter-karakter khas budaya nenek moyang. Sungguh kasihan sekali anak-anak Indonesia jika hanya mengenal tokoh superhero marvel daripada karakter-karakter inspiratif dalam legenda sendiri.


Jika disandingkan novel fantasi sejarah lainnya, Anak Rembulan bisa dibilang seperti Harry Potter yang berisikan karakter-karakter hewan dalam mitos kuno atau kisah-kisah pembakaran para penyihir di abad pertengahan eropa. Sayangnya novel Anak Rembulan hanya ada satu jilid saja. Jadinya pembaca kurang puas menikmati petualangan Nono yang terlepar di masa-masa Belanda memasuki tanah Jawa. Kalau dibuat seri lain mungkin pembaca akan dapat lebih akrab dan mengidentifikasi karakter-karakter unik lintas sejarah, legenda, dan mitos daerah Jawa dan sekitarnya yang kurang dikenal masyarakat masa kini. (*)

Baca juga cerpen dan dongeng ini:

2 comments:

Unknown said...

resensinya lebih bagus dari bukunya! :) Terima kasih.

Unknown said...

Sama-sama, Eyang Djoko ^_^